Kamis, 17 Februari 2011

penampakan


Penggambaran pocong bervariasi. Dikatakan, pocong memiliki wajah berwarnah hijau dengan mata yang kosong. Penggambaran lain menyatakan, pocong berwajah rata dan memiliki lubang mata berongga atau tertutup kapas dengan wajah putih pucat. Mereka yang percaya akan adanya hantu ini beranggapan, pocong merupakan bentuk protes dari si mati yang terlupa dibuka ikatan kafannya sebelum kuburnya ditutup.

Meskipun pocong dalam film sering digambarkan bergerak melompat-lompat, mitos tentang pocong malah menyatakan pocong bergerak melayang-layang. Hal ini bisa dimaklumi, sebab di film-film pemeran pocong tidak bisa menggerakkan kakinya sehingga berjalannya harus melompat-lompat. Keadaan ini pula yang menimbulkan suatu pernyataan yang biasa dipakai untuk membedakan pocong asli dan pocong palsu di masyarakat:
Kepercayaan akan adanya hantu pocong hanya berkembang di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera. Walaupun penggambarannya mengikuti tradisi muslim, umat beragama lain pun ternyata dapat mengakui eksistensi hantu ini.
[sunting]
Pocong dalam kesenian

Pocong sering kali mewarnai cerpen atau roman bertema misteri. Dalam sinema nasional Indonesia bergenre horor, pocong bahkan sering kali dihadirkan. Beberapa bahkan menggunakannya sebagai judul.

Dalam parade ogoh-ogoh sebelum perayaan Nyepi di Bali, umpamanya, wujud pocong kerap diwujudkan, biasanya oleh kelompok masyarakat non-Hindu.

Rabu, 16 Februari 2011

PERPUSTAKAAN 2011



Hutan Kalimantan memiliki keanekaragaman hayati dan endemisitas yang tinggi, karena memiliki hutan basah tropis terluas di Indomalaya dan terkaya spesiesnya di dunia. Untuk itu, Team of Interpreter and Guide for Environmental Research (TIGER) Sylva Indonesia PC Untan melaksanakan ekspedisi di TNBBBR, sebagai salah satu taman nasional di Kalbar.

WAHYU ISMIR, Sintang

HEART of Borneo (HoB) adalah suatu insiatif tentang konservasi dan pembangunan secara berkelanjutan di kawasan jantung Borneo di perbatasan Republik Indonesia- Malaysia (Indomalaya), dan sebagian wilayah Negara Brunei Darussalam. Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBBR) merupakan kawasan konservasi yang  terletak di jantung Pulau Kalimantan, dan termasuk dalam program HoB. Kawasan ini memiliki peranan penting dalam fungsi hidrologis sebagai catchment area bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Melawi di Kalbar dan DAS Katingan di Kalimantan Tengah.

Kawasan hutan Bukit  Baka-Bukit Raya merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan tropika pengunungan, yang mendominasi puncak-puncak pegunungan Schwaner . 
TIGER merupakan salah satu bagian dalam Sylva Indonesia PC Universitas Tanjungpura, yang berperan dalam pengembangan sumber daya manusia dan organisasi, membuat salah satu program kerja dengan melakukan penelitian-penelitian lingkungan hidup keanekaragaman hayati. Target mereka salah satunya adalah TNBBBR.Kegiatan ini akan dilaksanakan Februari-Maret 2011, di TNBBBR. Dalam hal ini TIGER Sylva Indonesia PC Untan didukung oleh WWF Kalbar, Balai TNBBBR, PT. Alas Kusuma group dan Fakultas Kehutanan Untan.
“Hal tersebutlah yang melatar belakangi kegiatan ekspedisi yang akan dilakukan TIGER Sylva Untan. Dengan tujuan untuk menghasilkan data dan informasi terbaru bagi TNBBBR yang mencakup interpretasi keanekaragaman, mengetahui penyebaran serta menghitung keanekaragaman, kelimpahan dan mengetahui penyebaran jenis flora dan fauna,” ungkap Nurjannah, salah satu anggota TIGER.Menurut Nurjannah, pertimbangan ekspedisi yang mereka lakukan juga berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, seperti mengenai flora dan fauna pernah dilakukan oleh LIPI (1994) dibagian selatan Pegunungan Bukit Raya (Kalimantan Tengah), di mana topografinya lebih landai dibandingkan kawasan Bukit Baka (Kalbar). Penelitian berikutnya dilakukan oleh Jarvie  Et Al pada 1996, tentang habitat dan kekayaan flora. Sebelumnya,  Nooteboom  pada 1987 juga pernah mempublikasikan ekologi dan survei flora  di TNBBBR. 
“Penelitian terbaru dilakukan oleh Himakova IPB pada 2008 pada zona penyanga kawasan ini. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang keanekaragaman flora dan fauna di TNBBBR, dengan ketinggian di atas zona penyangga hingga ketinggian puncak yaitu 1600mdpl,” ungkap dia.Fokus objek dalam ekspedisi ini ada 7 kelompok pemerhati. Antara lain Kelompok Pemerhati Serangga (Panser), Kelompok Pemerhati Burung (Aves), Kelompok Pemerhati Aggrek (Pasang), Kelompok Pemerhati Herpetofauna, Kelompok Pemerhati Primata serta Kelompok Pemerhati Jamur dan Lumut. Selain itu, dokumentasi dalam kegiatan ini juga akan dibuat dalam bentuk film.“Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini, sebagai kontribusi data keanekaragaman hayati dan suatu proses pembelajaran untuk penelitian-penelitian selanjutnya,” ungkap dia.
Kegiatan ini ditanggapi positif dari berbagai pihak yang terkait. Termasuk Pembantu Dekan III Fakultas Kehutanan Syafruddin Said. Menurut dia, kegiatan mampu menumbuhkan jiwa perwira rimbawan bagi seorang forester. Karena sebagai seorang forester sudah selayaknya membiasakan diri dengan kondisi lapangan (hutan).“Aspek kegiatan yang difokuskan sangat terkait dengan bidang kehutanan dan mata kuliah tertentu, sekaligus memberi pengalaman mahasiswa dalam penelitian akhir kuliahnya. Sehingga ekspedisi ini sangatlah bermanfaat,” jelasnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Balai TNBBBR Widada. Dia mengharapkan dengan adanya ekspedisi tersebut, maka akan memperbanyak pendataan mengenai TNBBBR, sehingga mendukung ekspedisi sebelumnya, dan dapat menjadi refrensi untuk penelitian selanjutnya. “Ekspedisi ini sangat ideal sekali, karena dengan kegiatan ini kita dapat mengetahui potensi keanekaragaman hayati dan dapat dijadikan landasan lebih lanjut bagi taman nasional,” ujar Widada.(*)